untung99.art

untung99.art: LP LAPORAN PENDAHULUAN ISPA INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT


Untung99 menawarkan beragam permainan yang menarik, termasuk slot online, poker, roulette, blackjack, dan taruhan olahraga langsung. Dengan koleksi permainan yang lengkap dan terus diperbarui, pemain memiliki banyak pilihan untuk menjaga kegembiraan mereka. Selain itu, Untung99 juga menyediakan bonus dan promosi menarik yang meningkatkan peluang kemenangan dan memberikan nilai tambah kepada pemain.

Berikut adalah artikel atau berita tentang Harian untung99.art dengan judul untung99.art: LP LAPORAN PENDAHULUAN ISPA INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT yang telah tayang di untung99.art terimakasih telah menyimak. Bila ada masukan atau komplain mengenai artikel berikut silahkan hubungi email kami di koresponden@untung99.art, Terimakasih.

Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Dengan Diagnosa Medis

ISPA (Infeksi Saluran
Pernapasan Akut)

ISPA adalah
penyakit infeksi yang sangat umum dijumpai pada anak-anak dengan gejala batuk,
pilek, panas atau ketiga gejala tersebut muncul secara bersamaan. (Meadow, Sir
Roy. 2002)

ISPA (lnfeksi
Saluran Pernafasan Akut) yang diadaptasi dari bahasa Inggris Acute Respiratory
hfection (ARl) mempunyai pengertian sebagai berikut:

a. Infeksi
adalah masuknya kuman atau mikoorganisme kedalam tubuh manusia dan berkembang
biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.

b. Saluran  pernafasan adalah organ mulai dari hidung
hingga alfeoli beserta organ secara anatomis mencakup saluran pemafasan bagian
atas.

c. Infeksi
akut adalah infeksi yang berlansung sampai 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk
menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang digolongkan ISPA.
Proses ini dapat berlangsung dari 14 hari. (Suriadi, 2001)

ISPA adalah
penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas
mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk
jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA
umumnya berlangsung selama 14 hari. Yang termasuk dalam infeksi saluran nafas bagian
atas adalah batuk pilek biasa, sakit telinga, radang tenggorokan, influenza,
bronchitis, dan juga sinusitis. Sedangkan infeksi yang menyerang bagian bawah
saluran nafas seperti paru itu salah satunya adalah Pneumonia. (WHO)

Berdasarkan
DEPKES (2006) juga menemukan bahwa 20-30% kematian disebabkan oleh ISPA. Faktor
penting yang mempengaruhi ISPA adalah pencemaran udara. Adanya pencemaran udara
di lingkungan rumah akan merusak mekanisme 
pertahanan paru-paru sehingga mempermudah timbulnya gangguan  pernapasan. Tingginya tingkat pencemaran
udara menyebabkan ISPA memiliki angka yang paling banyak diderita oleh
masyarakat dibandingkan  penyakit
lainnya. Selain faktor tersebut, peningkatan penyebaran penyakit ISPA juga
dikarenakan oleh perubahan iklim serta rendahnya kesadaran  perilaku hidup bersih dan sehat dalam
masyarakat. maka di dalam makalah ini akan dijabarkan secara lengkap semua hal
yang berkaitan dengan ISPA.

Etiologi ISPA
terdiri dari 300 jenis bakteri, virus dan richetsia. Bakteri penyebab ISPA
antara lain adalah dari genus Streptococcus,
Staphylococcus, Pneumococcus, Haemophylus,
Bordetella dan Corinebacterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus
dan lain-lain. (Suriadi, 2001)

Program
Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:

a. Pneumonia
berat : ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest
indrawing).

b. Pneumonia
: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.

c. Bukan
pneumonia : ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa
tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan
tonsilitis tergolong bukan pneumonia. (Rasmaliah, 2004)

a.       Tanda
dan gejala dari penyakit ISPA adalah sebagai berikut :

4)      Pengeluaran
sekret atau lendir dari hidung

9)      Kadang-kadang
sakit saat menelan

b.      Tanda-tanda
bahaya klinis ISPA :

1) Pada
sistem respiratorik adalah : tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi
dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang,
grunting expiratoir dan wheezing.

2) Pada
sistem cardial adalah : tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan
cardiac arrest.

3) Pada
sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung,
papil bendung, kejang dan coma.

4) Pada
hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak

Perjalanan
klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh.
Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang
terdapat pada permukaan saluran pernafasan 
bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu
tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus
merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan. (Colman, 1992).
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering.
Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan kenaikan
aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran  pernafasan, sehingga terjadi pengeluaran
cairan mukosa yang melebihi normal. Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut
menimbulkan gejala  batuk. Sehingga pada
tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah  batuk. (Colman, 1992). Adanya infeksi virus
merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri. Akibat infeksi
virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris yang merupakan
mekanisme perlindungan pada saluran 
pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan
bakteri-bakteri  patogen yang terdapat
pada saluran pernafasan atas seperti streptococcus  pneumonia, haemophylus influenza dan
staphylococcus menyerang mukosa yang rusak tersebut. Infeksi sekunder bakteri
ini menyebabkan sekresi mukus  bertambah
banyak dan dapat menyumbat saluran pernafasan sehingga timbul sesak nafas dan
juga menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri ini dipermudah dengan
adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi. Suatu laporan penelitian
menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi virus pada saluran
pernafasan dapat menimbulkan gangguan gizi akut 
pada bayi dan anak. Virus yang menyerang saluran pernafasan atas dapat
menyebar ke tempat-tempat yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan
kejang, demam, dan juga menyebar ke saluran pernafasan  bawah. Dampak infeksi sekunder bakteri pun
menyerang saluran pernafasan  bawah,
sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernafasan
atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi  paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia
bakteri (Colman, 1992). Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus
diperhatikan aspek imunologis saluran pernafasan terutama dalam hal bahwa
sistem imun di saluran pernafasan yang sebagian besar terdiri dari mukosa,
tidak sama dengan sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun saluran
pernafasan yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar,
merupakan ciri khas sistem imun mukosa.Ciri khas berikutnya adalah bahwa
imunoglobulin A (IgA) memegang peranan pada saluran pernafasan atas sedangkan
imunoglobulin G (IgG) pada saluran pernafasan bawah. Diketahui pula  bahwa sekretori IgA sangat berperan dalam
mempertahankan integritas mukosa saluran pernafasan. (Colman, 1992)

WOC ISPA Versi SAHABAT KEPERAWATAN

Pemeriksaan Fisik Difokuskan Pada
Pengkajian Sistem Pernafasan

1)     
Membran mukosa
hidung-faring tampak kemerahan

2)     
Tonsil tampak kemerahan
dan edema

3)     
Tampak batuk tidak
produktif

4)     
Tidak ada jaringan
parut pada leher

5)     
Tidak tampak penggunaan
otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan cuping hidung

2)     
Teraba adanya
pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri tekan pada nodus limfe
servikalis

3)     
Tidak teraba adanya
pembesaran kelenjar tyroid

1)     
Suara paru normal
(resonance)

1)     
Suara nafas
vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru

a.      
EKG : Hipertrofi atrial
atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia san kerusakan pola mungkin
terlihat. Disritmia mis : takhikardi, fibrilasi atrial. Kenaikan segmen ST/T
persisten 6 minggu atau lebih setelah imfark miokard menunjukkan adanya
aneurime ventricular. EKG dapat mengungkapkan adanya takikardi, hipertrofi
bilik jantung dan iskemik( jika disebabkan oleh AMI)

b.     
Sonogram : Dapat
menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi/struktur katub
atau are penurunan kontraktilitas ventricular.

c.      
Scan jantung : Tindakan
penyuntikan fraksi dan memperkirakan pergerakan dinding.

d.     
Kateterisasi jantung :
Tekanan bnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung sisi
kanan verus sisi kiri, dan stenosi katup atau insufisiensi, Juga mengkaji
potensi arteri kororner. Zat kontras disuntikkan kedalam ventrikel menunjukkan
ukuran bnormal dan ejeksi fraksi/perubahan kontrktilitas.

e.      
Foto thorak dapat
mengungkapkan adanya pembesaran jantung, edema atau efusi fleura yang
menegaskan diagnisa CHF.

f.      
Elektrolit serum yang
mengungkapkan kadar natrium yang rendah sehingga hasil hemodilusi darah dari
adanya kelebihan retensi air.

Obat –obat yang digunakan antara lain :

a.      
Antagonis kalsium,
untuk memperbaiki relaksasi miokard dan menimbulkan vasodilatasi koroner.

b.     
Beta bloker, untuk
mengatasi takikardia dan memperbaiki pengisian ventrikel.

c.      
Diuretika, untuk gagal
jantung disertai udem paru akibat disfungsi diastolik.  Bila tanda udem paru sudah hilang, maka
pemberian diuretika harus hati-hati agar jangan sampai terjadi hipovolemia
dimana pengisian ventrikel berkurang sehingga curah jantung dan tekanan darah
menurun.

d.     
Pemberian antagonis
kalsium dan beta bloker harus diperhatikan karena keduanya dapat menurunkan
kontraktilitas miokard sehingga memperberat kegagalan jantung.

e.      
Dukungan diet : Pembatasan
Natrium untuk mencegah, mengontrol, atau menghilangkan edema.

Meadow,
Sir Roy dan Simen. 2006. Lectus
Notes:Pediatrika
. Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama

Suriadi,Yuliani
R. 2001. Asuhan Keperawatan pada Anak,
Jakarta : CV Sagung Seto

Rasmaliah.
2004. “Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA) dan penanggulangannya
” dalam http://library.usu.ac.id. 29 Januari
2010. 19:05:10 WIB

Naning
R. 2002. Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(Handout kuliah Ilmu Kesehatan Anak)
PSIK FK UGM

DepKes
RI. 2007. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).
Jakarta

Nursalam
M. 2002. Manajemen Keperawatan, Aplikasi
dalam keperawatan

Perofesional.
Jakarta : Salemba Medika

Muttaqin,
Arif. 2012. Asuhan Keperawatan Klien
dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular dan Hematologi
. Jakarta : Salemba
Medika

Soegijanto,
S. 2002. Ilmu Penyakit Anak; Diagnosa dan
Penatalaksanaan
. Jakarta: Salemba medika

LP INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT

LAPORAN PENDAHULUAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT

ASKEP LP INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT

ASKEP LAPORAN PENDAHULUAN ISPA

ASKEP LAPORAN PENDAHULUAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT

ASUHAN KEPERAWATAN LP ISPA

ASUHAN KEPERAWATAN LP INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT

ASUHAN KEPERAWATAN LAPORAN PENDAHULUAN ISPA

ASUHAN KEPERAWATAN LAPORAN PENDAHULUAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT