untung99.art: Sejarah Teks Proklamasi Sempat Dibuang ke Tempat Sampah
Untung99 menawarkan beragam permainan yang menarik, termasuk slot online, poker, roulette, blackjack, dan taruhan olahraga langsung. Dengan koleksi permainan yang lengkap dan terus diperbarui, pemain memiliki banyak pilihan untuk menjaga kegembiraan mereka. Selain itu, Untung99 juga menyediakan bonus dan promosi menarik yang meningkatkan peluang kemenangan dan memberikan nilai tambah kepada pemain.
Berikut adalah artikel atau berita tentang Harian untung99.art dengan judul untung99.art: Sejarah Teks Proklamasi Sempat Dibuang ke Tempat Sampah yang telah tayang di untung99.art terimakasih telah menyimak. Bila ada masukan atau komplain mengenai artikel berikut silahkan hubungi email kami di koresponden@untung99.art, Terimakasih.
Makassar, IDN Times – Masyarakat memperingati Hari Ulang Tahun ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia hari ini, Rabu, 17 Agustus 2022. Salah satu agenda umum pada momen peringatan HUT kemerdekaan adalah pembacaan teks proklamasi.
Naskah proklamasi kemerdekaan disusun oleh Sukarno, Hatta, dan Ahmad Soebardjo pada 17 Agustus 1945 dini hari. Naskah itu kemudian dibacakan di depan umum pada hari yang sama pukul 10.00 WIB, di halaman rumah Sukarno, Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56.
Ada dua naskah teks proklamasi yang jadi bukti sejarah kemerdekaan Indonesia. Yakni yang berupa tulisan tangan serta hasil ketikan. Berikut ini sejarah singkatnya dikutip dari laman Kemendikbud.
Baca Juga: Sejarah Detik-detik Pembacaan Proklamasi di Halaman Rumah Bung Karno
1. Naskah asli sempat dibuang ke tempat sampah
Sukarno menulis naskah proklamasi pada dini hari, Jumat tanggal 17 Agustus 1945. Bertempat di rumah Laksamana Tadashi Maeda, Jalan Meiji Dori, yang sekarang jadi Jalan Imam Bonjol Nomor 1 Jakarta Pusat.
Saat itu, sekitar pukul tiga dini hari, naskah dirumuskan oleh tiga orang. Selain Sukarno, dua tokoh lain adalah Mohammad Hatta dan Ahmad Soebardjo. Paragraf pertama diusulkan oleh Soebardjo, sedangkan paragraf kedua usulan Hatta.
Setelah ditulis tangan oleh Sukarno, naskah ini dimintakan persetujuan kepada sidang yang anggotanya sekitar 40 orang. Setelah itu naskah disalin oleh Sajuti Melik dengan mesin tik.
Naskah tulisan tangan Sukarno sempat dibuang karena dianggap tidak diperlukan lagi. Tapi naskah itu kemudian diambil dan disimpan oleh Burhanuddin Mohammad Diah sebagai dokumen pribadi setelah rapat perumusan naskah proklamasi selesai.
Baru pada tahun 1995 BM Diah menyerahkan naskah itu kepada Presiden Soeharto. Kini naskahnya disimpan dalam brankas di ruang bertemperatur khusus Gedung Arsip Stastis, Arsip Nasional Republik Indonesia, Jakarta.
2. Teks hasil ketikan sedikit berbeda dengan tulisan tangan
Masih di rumah Laksamana Muda Tadashi Maeda. Teks hasil ketikan Sajuti Melik diambil dari naskah tulisan tangan Sukarno yang disetujui peserta sidang perumusan proklamasi atas usul Soekarni. Hasil ketikan kemudian ditandatangani Sukarno-Hatta.
Teks ini sedikit berbeda dengan naskah tulisan tangan Sukarno. Berikut ini beberapa perbedaannya:
- Kata “hal2” pada paragraf kedua baris pertama diubah menjadi “hal-hal”;
- Kata “saksama” pada paragraf kedua baris kedua diubah menjadi “tempo”;
- Penulisan tanggal dan bulan “Djakarta 17-08-05” menjadi “Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05”; dan
- Kalimat “wakil2 bangsa Indonesia” menjadi “Atas nama bangsa Indonesia”.
3. Pembacaan teks proklamasi diikuti pengibaran bendera merah-putih
Sukarno didampingi Mohammad Hatta membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan pada Jumat 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB. Pembacaan di serambi depan rumah Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Djakarta (sekarang Jalan Proklamasi Nomor 5, Jakarta Pusat).
Setelah pembacaan proklamasi, bendera pusaka merah-putih dikibarkan untuk pertama kalinya yang disaksikan oleh masyarakat di Jakarta. Prosesi yang sebenarnya tanpa protokol nyatanya tidak menghalangi gelora euforia rakyat dalam merayakan dan menyebarluaskan berita luar biasa ini.
Baca Juga: Biografi Sayuti Melik, Tokoh di Balik Teks Proklamasi