untung99.art: Kisah Naskah Proklamasi Versi Sjahrir Tugu Kemerdekaan di Cirebon
Untung99 menawarkan beragam permainan yang menarik, termasuk slot online, poker, roulette, blackjack, dan taruhan olahraga langsung. Dengan koleksi permainan yang lengkap dan terus diperbarui, pemain memiliki banyak pilihan untuk menjaga kegembiraan mereka. Selain itu, Untung99 juga menyediakan bonus dan promosi menarik yang meningkatkan peluang kemenangan dan memberikan nilai tambah kepada pemain.
Berikut adalah artikel atau berita tentang Harian untung99.art dengan judul untung99.art: Kisah Naskah Proklamasi Versi Sjahrir Tugu Kemerdekaan di Cirebon yang telah tayang di untung99.art terimakasih telah menyimak. Bila ada masukan atau komplain mengenai artikel berikut silahkan hubungi email kami di koresponden@untung99.art, Terimakasih.
Sabtu, 17 Agu 2019 13:30 WIB
DOMESTIC DESTINATION

Tanggal 15 Agustus 1945 merupakan hari bersejarah bagi Cirebon. Tepat 74 tahun lalu, tokoh nasional dr Soedarsono memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Dia adalah dokter di RS Oranje yang sekarang bernama RSUD Gunung Jati.
Dia kemudian menjadi Mendagri pada Kabinet Sjahrir II. dr Soedarsono juga merupakan ayah dari mantan Menteri Pertahanan (Menhan) era Presiden SBY, Juwono Soedarsono.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pembacaan naskah Proklamasi dilakukan di Alun-alun Kejaksan Cirebon pada 15 Agustus 1945, dua hari sebelum Sukarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Tanda dari pembacaan proklamasi itu adalah sebuah Tugu Proklamasi di perempatan Kejaksan, Cirebon. Sebuah tugu yang pelan-pelan juga dilupakan oleh orang Cirebon sendiri.
![]() |
detikcom mengunjungi tugu itu, Jumat (16/8/2019). Hampir tidak ada tanda bahwa itu adalah monumen yang sangat penting. Sebuah prasasti terpasang di sana, sepertinya menunjukan pengakuan Presiden Sukarno pada tahun 1946, terhadap apa yang dilakukan dr Soedarsono dan tokoh pemuda di Cirebon.
“Batoe pertama diletakkan pada tanggal 17-VIII-1946 Djam 10.30 oleh P. Toean Presiden Bersama Ketua Dewan Perdjoeangan Daerah Tjirebon sebagai lambang persatoean antara pemerintah dan ra’jat dalam perdjoeangan menegakkan Republik Indonesia yang 100 % merdeka,” begitu tulisan pada prasasti.
Sejarawan dan budayawan Cirebon, Nurdin M Moer menyebutkan Soedarsono tergabung dalam kelompok Sutan Sjahrir. Memang waktu itu terjadi pergolakan-pergolakan untuk memproklamasikan bangsa Indonesia.
“Kemudian, muncul dari kelompok Sjahrir yang mendelegasikan Soedarsono untuk membacakan Naskah Proklamasi di Alun-alun Cirebon, sekarang jadi Alun-alun Kejaksan,” kata Nurdin saat berbincang dengan detikcom di kediamannya di Perumnas Cirebon, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon.
![]() |
Nurdin menyebutkan sejumlah literatur juga menyebutkan adanya pembacaan proklamasi di Cirebon, yang lebih awal dibandingkan proklamasi kemerdekaan di Jakarta. Nurdin menyebutkan Soedarsono membacakan Naskah Proklamasi setelah mendapatkan kabar dari Sjahrir tentang pemberitaan Jepang yang menyerah kepada sekutu.
“Soedarsono melakukan hal itu setelah menerima berita dari Syahrir, bahwa Radio BBC London memberitakan tentara Jepang telah menyerah kepada sekutu pada 14 Agustus 1945,” kata Nurdin.
Selain sejumlah literatur, Nurdin juga mengaku saat remaja pernah diceritakan tentang terjadinya pembacaan naskah proklamasi yang dilakukan Soedarsono oleh ayahnya, Moch Hasyim. Saat itu, lanjut Nurdin, ayahnya tinggal tak jauh dari Alun-alun Kejaksan.
“Kebetulan saksi mata bapak saya sendiri. Tinggalnya 200 meter dari alun-alun, ya sehingga bisa cerita kepada saya. Hanya dihadiri puluhan orang,” katanya.
![]() |
Selain memproklamirkan kemerdekaan di Alun-alun Kejaksan, kelompok Syahrir juga membacakan naskah Proklamasi di Alun-alun Ciledug Cirebon. Nurdin menyayangkan Naskah Proklamasi versi Sjahrir yang dibacakan Soedarsono itu hilang.
“Sekarang tidak tahu, apakah naskah versi Syahrir atau sama seperti yang Sukarno bacakan. Kita pernah cari tahu tapi tidak ketemu, kita cari di Arsip Nasional dan daerah tak ketemu,” katanya.
Selain kehilangan naskah, dikatakan Nurdin untuk membuktikan secara detil pembacaan naskah tersebut juga sulit karena kehilangan saksi hidup. Terlebih lagi, teks Proklamasi yang dibacakan Soedarsono itu tak begitu mendapat sambutan dari masyarakat.
“Ini terjadi karena Proklamasi tersebut lahir dalam friksi ideologis di kalangan pemuda pergerakan dan ketidakberdayaan Sjahrir untuk membujuk Bung Karno dan Bung Hatta mempercepat Proklamasi. Di samping itu juga pamor Bung Karno di mata rakyat lebih kuat dibandingkan Sjahrir. Sehingga, Proklamasi di Cirebon tidak bergema di seluruh Nusantara,” katanya.
Wisatawan yang mengisi libur HUT Kemerdekaan RI di Cirebon, coba yuk mampir melihat tugu proklamasi Cirebon ini. Letaknya dekat sekali dengan Masjid Agung At Taqwa dan Alun-alun Kejaksan. Tinggal mendekat ke lampu merah, tugu itu berdiri sendirian di sana, menunggu untuk kembali dikenali oleh para anak bangsa.
Simak Video “Melihat Persiapan Istana Gelar Upacara HUT ke-78 RI”
[Gambas:Video 20detik]
(rdy/fay)